Kamu BUCIN?

Love is Blind, itu kata-kata yang di kenal di era 80an hingga tahun 200an, sehingga banyak yang merasakan buta ketika jatuh cinta, apa pun terasa indah ketika jatuh cinta pada saat itu, bahkan ada istilah tai kambing bisa berasa coklat, konyol kan. Bahkan ada kata-kata yang masing saya ingat yaitu paling susah menasehati orang yang sedang jatuh cinta, karena semuanya indah dan benar di kacamata orang yang sedang jatuh cinta, hehehehehe.

Sementara bagi anak milenial lebih mengenal Bucin, singkatan dari budak cinta. Seperti pribahasa “bagai kerbau dicucuk hidung”, bucin akan melakukan apa saja yang diminta pasangannya bahkan sampai ke level yang sebenarnya merugikannya karena takut kehilangan pasangannya. Bucin cenderung memiliki konotasi yang negatif karena biasanya hubungan yang dijalin jadi toxic. Dalam konteks yang lebih ringan, kadang kata ini juga dipakai sebagai joke saja.

Nah berdasar mesin pencarian Google kata BUCIN, Jovial da Lopez dan Andovi da Lopez, yang dikenal melalui kanal Youtube SkinnyIndonesian24 pun sangat bersyukur sebab kata bucin sebenarnya sudah mulai diperkenalkan pada beberapa tahun silam. “Bucin pertama kali muncul di Youtube itu tanggal 7 Juli 2015,” kata Andovi saat ditemui usai acara “Melihat Kilas Balik 2019 Melalui Pencarian Google” di Jakarta pada Rabu, 11 Desember 2019. Mengenal istilah bucin sendiri, Andovi menjelaskan bahwa ini bisa didefinisikan sebagai keadaan di dalam suatu hubungan dimana seseorang lebih mengutamakan cinta terhadap pasangan di atas segalanya. Awalnya pun mulai digunakan sebagai ejekan pada teman-teman,….”Bagiku, semua hari itu Selasa. Selasa indah bila di dekatmu”.

Saat menjadi bucin, kamu tidak lagi dapat melihat seseorang dari kacamata yang logis sehingga menganggapnya sebagai orang yang sempurna dan berhak mendapatkan semua keinginannya. Menurut teori psikologi Sigmund Freud, bucin artinya seseorang yang sedang memuja orang lain secara sadar maupun tidak. Hal itu ditandai dengan cara mencintai orang lain dengan segenap jiwa dan raganya, “Kalau aku jadi wakil rakyat, pasti aku gagal. Soalnya aku selalu mikirin kamu, bukan rakyat”.

Normalnya, pengorbanan ini digunakan untuk menarik hati orang yang dicintainya untuk kemudian menjadikannya pacar atau pasangan hidupnya namun bucin seringkali tidak harus memiliki. Ia akan rela berkorban, sekalipun orang yang dicintainya memilih orang lain, “Kalau pahlawan punya baju besi, aku nggak. Soalnya aku rela tertusuk cinta kamu”.

Kondisi psikologis seperti ini nyaris terjadi pada semua orang, terutama anak muda, ketika ia masih berada di fase awal jatuh cinta. Saat itu, kita sedang senang-senangnya mengeksplorasi sisi positif dari orang yang kita cintai, bahkan kekurangannya dianggap sebagai hal yang lucu dan menggemaskan. Dalam fase ini, seseorang akan merasa lebih hidup ketika menyenangkan orang yang dicintai, sekaligus takut kehilangan dirinya jika tidak memenuhi permintaannya, “Kalau misal aku lahir seribu tahun yang lalu, aku pasti akan tetap menunggumu”.

Fenomena Bucin ini bisa di gali untuk dijadikan produk yang laris manis, contohnya kaos bertemakan bucin, kue dengan tema-tema bucin, bahkan konten di sosial media dengan tema Bucin laris manis, apakah kamu BUCIN?

 

Just Say Hi

I’m always to discuss about your project
and talk about your problem

Mail me at
nyomanheru@gmail.com

Follow me on

Copyright ©2024 | Nyoman Heru.